Riau. SuarademokrasiRiau.com-- Pada musim penghujan yang panjang ini kita dapat menemukan keadaan dimana banyak air yang menggenang atau terbuang sia-sia. Bahkan air yang berasal dari hujan tersebut menjadi genangan air besar yang memenuhi jalan-jalan atau pekarangan dan mengakibatkan banjir. Untuk menghadapi keadaan seperti itu, kita dapat mencegahnya dan memanfaatkan air hujan yang turun. Curah hujan yang tinggi belakangan ini kerap membuat jalanan banjir, lantaran kurangnya penyerapan air kedalam tanah.
Sebenarnya, penyerapan air ke dalam tanah dapat dilakukan dengan cara yang mudah. Dengan teknik penyerapan air tanah, air hujan yang tadinya menumpuk, berbuang dan mengalir saja akan diserap kembali ke dalam tanah untuk melestarikan sumberdaya air tanah agar tidak terjadi kekeringan pada musim kemarau. Berikut ini adalah tiga teknik penyerapan air tanah yaitu untuk pasilitas umum drenase lantai bawahnya agar tidak ditutup/dicor" cukup diberikan biopori yang labih banyak, dan untuk pekarangan rumah dapat di beri lubang resapan biopori dan sumur resapan.
Metode ini ditujukan untuk mengatasi banjir dengan cara meningkatkan daya resap air pada tanah. Peningkatan daya resap air pada tanah dilakukan dengan membuat resapan alami atau lubang pada tanah, yang seterusnya mampu menciptakan pori-pori di dalam tanah.
Lubang Resapan Biopori dapat dimanfaatkan untuk menambah air yang meresap masuk ke dalam tanah untuk menambah airtanah itu sendiri, selain itu lubang biopori yang dibuat dapat dimaksimalkan untuk membuat kompos alami dari sampah organik, seperti bekas pangkasan rumput, dengan mengisi lubang biopori dapat mengurangi genangan air dan juga banjir serta mencegah terjadinya erosi tanah dan longsor pada tanah yang kurang kompak atau lemah. Tempat-tempat yang dibuat lubang biopori biasanya pada saluran air hujan, pada drenase, tanah kosong, ataupun di halaman rumah.
Dengan banyaknya manfaat yang diberikan biopori ini tidak salahnya kita memanfaatkannya di sekitar kita.
Persyaratan yang harus dipenuhi untuk membuat sumur resapan.
- Sumur resapan harus berada pada lahan yang datar, tidak pada tanah yang berlereng, curam atau labil
- Sumur resapan harus berjarak minimal lima meter dari tempat penimbunan sampah dan septic tankdan berjarak minimal satu meter dari fondasi bangunan
- Kedalaman sumur resapan bisa sampai tanah berpasir atau maksimal dua meter di bawah permukaan air tanah. Kedalaman muka air (water table) tanah minimum 1,5 m pada musim hujan.
- Struktur tanah harus mempunyai permeabilitas tanah (kemampuan menyerap air) minimal 2,0 cm per jam.
- Buat sumur dengan diameter 80-100 cm sedalam 1,5 m namun tidak melebihi muka air tanah.
- Untuk memperkuat dinding tanah, gunakan buis beton, pasangan bata kosong (tanpa plesteran) atau pasangan batu kosong.
- Buatlah saluran pemasukan yang mengalirkan air hujan dari talang ke dalam sumur resapan dengan menggunakan pipa paralon.
- Buatlah saluran pembuangan dari sumur resapan menuju parit yang berfungsi membuang limpahan air saat sumur resapan kelebihan air. Ketinggian pipa pembuangan harus lebih tinggi dari muka air tanah tertinggi pada selokan drainase jalan tersebut.
- Isi lubang sumur resapan air dengan koral setebal 15 cm.
- Tutup bagian atas sumur resapan dengan plat beton. Di atas plat beton ini dapat diurug dengan tanah.
Setelah kita ngetahui adanya metoda yang baik untuk melestarikan air tanah. Tentunya ini akan bermanfaat bagi kehidupan kita selanjutnya, alangkah baiknya kita menjaga alam sekitar untuk kehidupan.
(Red-SDR)**