Popular Posts

IBX5B323AD6A28CA

26 Januari 2019

Eka Saputra. "Jumpai Dan Berikan Simpatisan Kepada Seorang Anak Yang Bernama Balqis"


Pekanbaru. SuaraDemokrasiRiau.com--Kujungan ketua Partai Demokrat kecamatan payung sekaki Eka Saputra jumpai dan berikan simpatisan kepada sorang anak yang bernama. Balqis yang lagi mengalami sakit Hidrosefalus di Pangkuan ibu-nya, berlokasi di Jalan. Garuda Sakti No 30, kelurahan Labuh Baru Timur. Kecamatan Payung Sekaki Kota Pekanbaru-Riau. Sabtu (26/1/19).

Hidrosefalus adalah kondisi yang ditandai oleh ukuran kepala bayi yang membesar secara tidak normal akibat adanya penumpukan cairan di dalam rongga ventrikel otak. National Institute of Neurological Disorders and Stroke (NINDS) melaporkan bahwa sekitar dua dari 1000 bayi yang lahir di dunia mengalami hidrosefalus. Sementara itu, kasus hidrosefalus di Indonesia rata-rata bisa mencapai 4 per seribu kelahiran. Lantas, apa saja faktor risiko terjadinya hidrosefalus pada anak?

Beragam faktor risiko hidrosefalus pada anak. Otak normalnya mengandung cairan bening yang diproduksi dalam rongga ventrikel otak. Cairan ini disebut dengan cairan serebrospinal. Cairan serebrospinal mengalir dari sumsum tulang belakang ke seluruh otak untuk menunjang berbagai fungsi otak.

Namun ketika jumlahnya berlebihan, ini justru akan mengakibatkan kerusakan permanen jaringan otak yang menyebabkan terganggunya perkembangan fisik dan intelektual anak.


Pembesaran ukuran kepala terjadi karena jumlah produksi cairan serebrospinal berlebih sehingga menekan tengkorak, atau karena cairan serebrospinalnya tidak dapat mengalir dengan baik di dalam otak.

Sebagian besar kasus hidrosefalus pada anak terjadi sejak lahir (cacat lahir bawaan/kelainan kongenital). Selain itu ada beberapa kondisi yang memperbesar peluang terjadinya hidrosefalus pada bayi baru lahir, seperti, Sistem saraf pusat tidak berkembang dengan normal sehingga menghalangi aliran cairan serebrospinal. Adanya perdarahan di dalam ventrikel otak, yang memicu kemungkinan bayi lahir prematur.

Ada juga yang mengalami infeksi yang menyerang rahim selama kehamilannya, sehingga timbul peradangan di jaringan otak janin. Misalnya infeksi rubella, toksoplasma, gondok atau cacar air.

Pada kasus hidrosefalus yang baru terjadi setelah anak tumbuh besar, faktor risikonya termasuk cedera pada kepala yang mengenai otak,

Hidrosefalus dapat mengakibatkan kerusakan permanen pada otak dan rongga kepala anak. Itu sebabnya penting untuk mengenali tanda dan gejala apa saja yang mungkin terjadi bila anak Anda mengalami hidrosefalus, agar bisa sesegera mungkin mencari pertolongan medis.

Gejala hidrosefalus pada bayi baru lahir. Muncul benjolan lunak tidak normal di bagian atas kepala, Perubahan cepat lingkar kepala, Ukuran besar kepala tidak normal, Pandangan mata ke bawah, Mudah rewel, Menolak makan, Mudah mengantuk, Otot melemah, Pertumbuhan terhambat.

Gejala hidrosefalus pada anak-anak. Sakit kepala, Penglihatan kabur atau mata juling, Perubahan struktur wajah, Pertumbuhan terhambat, Mudah mengantuk, Susah makan, Keseimbangan tubuh tidak stabil, Kehilangan koordinasi otot, Mudah marah, Kemampuan kognitif terganggu, Kejang, Mual dan muntah, Sulit berkonsentrasi

Adakah cara untuk menurunkan risiko hidrosefalus pada anak?

Hidrosefalus pada anak sebenarnya bukanlah kondisi yang bisa dicegah. Namun, Anda bisa sedikit bernapas lega karena setidaknya masih ada cara untuk menurunkan risiko penyakit ini.

Bila Anda sedang atau berencana untuk hamil, pastikan selalu mendapatkan perawatan yang tepat selama masa kehamilan, misalnya dengan rutin periksa kehamilan. Cara ini dapat membantu Anda untuk mendeteksi adanya kelainan pada janin, serta mengurangi risiko bayi lahir prematur yang bisa menjadi faktor risiko dan/atau komplikasi hidrosefalus.

(Red-SDR/An)