Palu Suarademokrasiriau.com - Kisah dan kesaksian dr. Eka Erwansyah, dosen kedokteran Unhas, anggota tim relawan Unhas
Bencana Palu dalam pandangan saya, bukan hanya sebatas Bencana Luar biasa, tetapi Sungguh Sangat Luar Biasa.
Biasanya dalam suatu bencana alam hanya ada 1 atau 2 "pembunuh". Yakni gempa saja, atau gempa ditambah tsunami.
Contoh, bencana Aceh (2004) didahului gempa, tetapi "sang pembunuh" sebenarnya hanya 1 yaitu tsunami hingga menyebabkan 200 ribu nyawa melayang.
Nah, di Palu ada tiga "Mesin Pembunuh"
1. Gempa 7.4 SR
Banyak korban tertimbun reruntuhan bangunan.
2. Tsunami 3-6 m
Sekitar 1.000-an orang di dekat pantai sedang persiapan Festival Nomini tersapu oleh tsunami.
3. Lumpur/Likuifikasi
Ada perkampungan yang hilang akibat lumpur yang menyembur dari dalam bumi dan dalam waktu sekejap menenggelamkan perkampungan itu. Diperkirakan sekitar 700 orang terkubur hidup-hidup. Ada juga sekitar 200 orang siswa SMA yang sedang berkemah hilang bersamaan.
1. Gempa 7.4 SR
Banyak korban tertimbun reruntuhan bangunan.
2. Tsunami 3-6 m
Sekitar 1.000-an orang di dekat pantai sedang persiapan Festival Nomini tersapu oleh tsunami.
3. Lumpur/Likuifikasi
Ada perkampungan yang hilang akibat lumpur yang menyembur dari dalam bumi dan dalam waktu sekejap menenggelamkan perkampungan itu. Diperkirakan sekitar 700 orang terkubur hidup-hidup. Ada juga sekitar 200 orang siswa SMA yang sedang berkemah hilang bersamaan.
Kebetulan saya dan teman-teman yang tergabung dalam Tim DVI Unhas sudah berada di lokasi sejak kemarin pagi. Kampung yang hilang itu bernama Kampung Petobo, daerah Sigi.
Kemarin saat menghimpun data ante mortem korban, saya tidak kuasa menahan tangis.
Seorang bapak melaporkan anaknya hilang. Dia curhat. Ketika itu, dia mengantar anaknya pergi mengaji. Rumahnya dan rumah tempat mengaji hanya dipisahkan oleh sebuah jembatan. Begitu anaknya sampai, si bapak kembali ke rumahnya. Baru mau masuk ke rumah tiba-tiba terdengar bunyi "bbluuumm". Dia balik badan dan hanya melihat hamparan tanah kosong berlumpur. Kemana perginya rumah-rumah dalam satu kampung itu? Hanya dalam hitungan detik, bumi 'melahap' tanpa ampun. (red-sdr)