Popular Posts

IBX5B323AD6A28CA

10 September 2018

Ribuan Tangisan Mahasiswa UIR, Tuntut Presiden Jokowi Mundur' di DPRD Provinsi Riau"

Pekanbaru SuaraDemokrasiRiau.com-- Penurunan bendera setengah tiang, dilakukan ribuan mahasiswa UIR (Unipesitas Islam Riau), di halaman kantor DPRD Provinsi Riau, berduka cita atas hilangnya pikiran, moral bapak presiden Jokowi, dengan di tandai patung berbentu pocong. Senin (10/9/18).

Adapun orasi mahasiswa UIR di DPRD provinsi riau bapak presiden Jokowi telah menyensarakan rakyat, bahwasanya yang di rasakan orang-orang tua mahasiswa UIR tersebut, baik di desa maupun di pelosok-pelosok' sedang menangis, lantaran ibu dan bapak-bapak mereka semua mayoritas petani mencari sawit dan karet.

Adapun selaku mahasiswa UIR gubenur ilmu pertanian perhatin dengan harga sawit dari seluruh daerah pecah dari harga seribu rupiah dan harga karet pecah dari harga empat ribu rupiah, dan perekonomian dan bangsa era seperti ini-lah yang tak bisa diterima oleh mahasiswa tersebut"

"Dan harapan mahasiswa tidak menginginkan lagi terjadinya krisis moneter di bangsa ini lagi.

Lanjut orasinya lagi maka dari itulah" ribuan mahasiswa UIR datangi dan jajaki kantor DPRD Provinsi Riau untuk menyampaikan dan menyuarakan hak-hak rakyat.

Lanjutnya lagi dugaan mahasiswa, rezim-rezim seperti inilah yang akan membuat negeri ini hancur"

"Maka dari itu mahasiswa ber-orasi untuk segera turunkan bapak jokowi dari jabatan presiden' sautnya ribuan mahasiswa UIR  tersebut di dalam gedung DPRD provinsi riau"

Adapun tanggapan orasi tangisan gubenur mahasiswa pisologi menyampaikan" hari ini kita kuliah di jalanan, tidak lagi kuliah di kampus yang dingin, yang enak sambil bertatapan dengan dosen, tapi kita ingin berjumpa dengan wakil-wakil rakyat, tetapi kemana wakil-wakil rakya itu kawan!! tegasnya.

"Mereka kita pilih untuk menjadi wakil kita dan untuk memperjuangkan hak-hak kita selaku rakyat, tapi kini dimana mereka semua kawan, di mana mereka semua kawan-kawan?? Seruhanya.

Lanjutnya lagi" kita datang kerumah ini (kantor DPRD Provinsi riau) tetapi mereka lari kawan-kawan, apakah mereka mungkin takut dengan kita" kawan-kawan! Padahal di saat demokrasi datang mereka mendekati kita kawan-kawan, dan mereka menjanjikan yang manis-manis ke kita", tetapi kini di mana janji itu, dan di mana janjinya yang akan memperjuangkan hak-hak kita.

Lanjunya" disinilah PERS boleh merekam dan kawan-kawan mahasiswa boleh mencatat, bahwasanya wakil rakyat takut takut kepada kita hari ini"

"Sedangkan kita datang untuk memperjuangkan hak-hak ibu dan bapak kita di kampung", bapak, ibu kita yang petani, kini sedang kualahan dengan harga-harga kebutuhan menjulang tinggih, dan kita selaku anak kos, juga kualahan dengan harga-harga pangan yang tinggih kawan-kawan.

Hari ini kami menyampaikan kepada bapak DPRD provinsi riau dan ibu-ibu sekalian, tolong hargailah aspirasi kami di hari ini, kami panas-panas dari kampus kesini, tapi hati kami lebih panas karena melihat harga-harga naik menjulang tinggih, ekonomi runtuh, rupiah turun jauh", kami menuntut kepada bapak, ibu DPRD provinsi riau tolong hargailah aspirasi kami hari ini dan hargai juga perjuangan kami hari ini"

Lanjutnya lagi" kami selaku mahasiswa UIR tidak main-main di hari ini" dan apa bila aspirasi kami tidak dapat di tanggapi dengan baik kami akan memperjuangkan turunkan lagi seluruh mahasiswa UIR ke kantor DPRD ini lagi, tegasnya", dan ingatlah bapak, ibu DPRD yang kami pilih dan bila mana sekali lagi mencedrai hati dan perasaan kami, terutama bapak, ibu kami di rumah" jangan salahkan kami berkorban mati-matian untuk itu, tutupnya"

Adapun orasi dari mahasiswa gubenur ilmu komonikasi menyampaikan, kata orang tanah kita tanah surga, tongkat dan batu jadi tanaman, untaian zabur katulistiwa"

Lanjutnya" dengan sawit harganya lapan ratus rupiah perkilo, lapan ratus itu untuk kita selaku petani", dan tetapi bagai mana dengan kita orang tuanya pekerja di sawit tapi tidak memiliki ladang tersebut??? Tegasnya"

"Tidak banyak yang kita minta" tetapi kami selaku rakyat minta tolong' kalau tidak bisa mensejatrakan rakyat, tapi jangan buat pula sensarakan rakyat"

Lanjutnya lagi" dan untuk kawan-kawan Media mungkin bisa sampaikan, karena medialah mungkin teman-teman media-lah yang bisa sampaikan agar bapak jokowi bisa tahu disana", dan pula karena teman-teman medialah orasi kami ini bisa naik, dan karena teman-teman media jugalah orasi kami ini bisa turun, karena itu kami minta tolong infokanlah yang baik dan infokan jugalah karena yang benar, dan kami berharap cukup yang benar saja" dan infokanlah kami, karena kami mengaspirasikan dan mengangkat suara rakyat, tutupnya"

Adapun juga orasi dari gubenur mahasiswa ilmu teknik menyorakkan bapak-bapak, dan ibu-ibu DPRD provinsi riau saya dan kawan-kawan semua berasal dari petani dan hidup dari hasil bertani.

"Bapak dan ibu DPRD mungkin bisa pertimbangkan dengan hasil gaji perbulan bisa saja sejatra, tetapi kami dengan hasil buah dengan harga yang rendah bagai mana kami bisa sejatra, dan bapak, ibu DPRD" bahwasanya kami disini untuk mencari ilmu, dan kami juga kemari untuk mensuarakan bapak dan ibu kami yang lagi capek bekerja, dan tidak gampang pula dari kelas ekonomi kebawah untuk dapat berkuliah, dan seharusnya bapak, ibu DPRD juga harus bisa pikirkan itu", dan untuk menjadi petani kami sudah dapat bersukur, dan dapat untuk kuliah kami juga sudah bersukur, dan untuk itu harapan kami jangan lagi dustai kami lagi' tegasnya"

"Maka dari itu ribuan mahasiswa UIR yang hadi ucapkan sumpah secara bersama"

-sumpah mahasiswa indonesia, kami mahasiswa indonesia bersumpah, tanah air satu, tanah air tampa penindasan"
-kami mahasiswa bersumpah, berbangsa satu, bangsa yang jandrong keadilan"
-kami mahasiswa indonesia bersumpah, berbahasa satu, bahasa tampa kebohongan"

-Jika ada seribu orang yang menyuarakan kebenaran, maka pastikan aku satu di antaranya, jika ada sepuluh orang yang menyuarakan kebenaran, maka pastikan kami satu di antaranya, dan jika ada satu orang yang menyuarakan kebenaran maka pastikan dan juga saksikan itu adalah aku, tutup sumpahnya"

Adapun puisi yang disampaikan mahasiwa UIR ilmu seni dan budaya, membacakan, tuhan tidak bersama sang penguasa, tuhan tidak juga bersamamu, dan tuhan tidak akan menegurmu", tuhan tidak mau lagi berbincang denganmu, sampai saatnya agar kamu peduli"

Tuhan tidak akan sudi bersamamu, penguasa yang lihai bermuslihat, berdalih, menopang dan denganya menjilat-jilat keringat, tidak para wakil demi hilangkan raga, haus hangatnya dunia.

Tuhan masih enggan bersamamu, penguasa yang rakus, yang tidak pandang bulu rakyat akan sekarat, yang penting untuk hidupmu hidup dan aman sampai kiamat"

"Aku berdiri disini menyaksikan bersama rakyat, bertapa indahnya teguranmu, berbincang tentang kebohongan, perutmu ikut berbicara, jari-jarimu ikut bergerak, dan kaki-kakimu ikut menyertai menghinjak-hinjak"

"Aku masih kokoh berdiri di sini menyaksikan kepahitan rakyat, "akupun tidak bisa berbuat apa-apa, tuhan memang lebih tahu, ini suara kami yang meraung-raung dan tak berdaya menjilat-jilat, moga bapak, ibu yang diatas sana mendengar apa yang kami sampaikan, karena tuhan tidak akan pernah bersamamu, dan tidak akan pernah untuk selamanya, tutup puisi yang di sampaikan mahasiwa UIR tersebut".

Rilis. (Anto koto)**